Memahami penyakit sifilis atau yang sering disebut sebagai “pemimik hebat” atau “raja singa”. Penyakit ini bisa menular dari individu yang terinfeksi kepada orang lain melalui kontak seksual.
Sayangnya, beberapa individu yang terinfeksi mungkin tidak menyadari status sifilisnya karena gejalanya ringan atau bahkan tidak ada sama sekali. Namun demikian, jika sifilis tidak diobati, bisa berakibat serius.
Jadi, apa yang menyebabkan sifilis dan apa faktor risikonya? Mari kita lebih dalam membahasnya di bawah ini.
Penyebab Sifilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri yang disebut Treponema pallidum. Bakteri ini bisa menginfeksi individu melalui luka pada kulit atau selaput lendir, umumnya di daerah genital. Setelah terinfeksi, sifilis akan menunjukkan gejala primer seperti luka kecil pada area genital, mulut, kulit, atau anus dalam waktu 14 hingga 21 hari.
Gejala sifilis bisa timbul dan hilang, atau bahkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, sehingga banyak individu yang tidak menyadarinya. Hal ini sangat berbahaya karena individu tersebut bisa tanpa sadar menularkan sifilis kepada pasangan mereka.
Baca Juga: 5 Tips Menjaga Imunitas Tubuh Agar Terhindar dari Penyakit
Bakteri sifilis hanya bisa menular melalui kontak seksual langsung, karena bakteri ini tidak dapat bertahan lama di udara. Oleh karena itu, penularan sifilis tidak akan terjadi melalui:
- Dudukan toilet yang digunakan oleh individu yang terinfeksi
- Pegangan pintu
- Kolam renang
- Kamar mandi
- Berbagi alat makan atau pakaian
Bakteri penyebab sifilis dapat menular dengan cepat melalui aktivitas berikut:
Penetrasi Vagina
Ini adalah cara penularan sifilis yang paling umum. Pria dengan sifilis yang memiliki luka pada penis mereka dapat tanpa sadar menyebarkan infeksi ini kepada pasangan mereka saat penetrasi.
Luka yang tidak menyebabkan rasa sakit ini bisa tidak terdeteksi, memungkinkan infeksi menyebar. Wanita yang terinfeksi juga mengalami gejala serupa, termasuk luka kecil di area vagina.
Baca Juga: 5 Tips Meninggikan Badan yang Mudah Untuk Dilakukan
1. Seks Anal
Yang kedua adalah melibatkan memasukkan penis ke dalam rektum atau anus. Tidak semua individu merasa nyaman melakukan aktivitas seksual ini, karena bisa menyakitkan dan tidak memiliki pelumas alami. Risiko infeksi meningkat karena kerusakan pada jaringan rektal, memudahkan bakteri penyebab sifilis masuk ke dalam tubuh.
2. Seks Oral
Seks oral biasanya dilakukan untuk merangsang area genital pasangan, baik vagina maupun penis. Meskipun banyak yang mengira bahwa metode ini mencegah penularan sifilis, sebenarnya ini memiliki risiko menularkan sifilis kepada pasangan.
Menurut dr. Muhammad Iqbal Ramadhan, sifilis oral disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang masuk ke luka terbuka di area mulut.
Baca Juga: 7 Tips Memutihkan Gigi Kuning Secara Alami, Dijamin Ampuh!
3. Kehamilan atau Persalinan
Sifilis dapat ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan melalui plasenta atau saat persalinan. Penelitian dalam jurnal Sex Health menunjukkan bahwa sifilis yang tidak diobati selama kehamilan meningkatkan risiko kelahiran prematur, kematian janin, dan bayi lahir dengan sifilis.
Bayi yang terinfeksi biasanya tidak menunjukkan gejala, meskipun beberapa bisa memiliki ruam kulit di tangan atau kaki. Bayi ini juga berisiko mengalami masalah kesehatan pada otak, tulang, darah, dan organ lain di kemudian hari.
4. Pemberian Darah atau Organ
Pada masa lalu, sifilis bisa menular melalui darah atau pemberian organ. Namun, dengan berkembangnya teknologi, proses pemeriksaan donor darah atau organ semakin ketat, sehingga risiko penularan sifilis melalui donor sangat kecil.
Baca Juga: 5 Cara Menjaga Mata Agar Tetap Sehat, Mudah!
Faktor Risiko Sifilis
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, berhubungan seks melalui vagina, anal, dan oral tanpa perlindungan yang tepat, seperti tidak menggunakan kondom, adalah cara utama penularan sifilis.
Individu yang berhubungan seks tidak aman, seperti sering ganti pasangan, terlibat dalam aktivitas homoseksual, terinfeksi HIV, memiliki pasangan yang positif sifilis, atau menggunakan narkoba ilegal, berisiko lebih tinggi terkena sifilis.
“Penanganan sifilis biasanya melibatkan pemberian antibiotik, termasuk penisilin, dan obat lain yang disesuaikan dengan kondisi pasien,” kata Dr. Iqbal.
Memiliki riwayat sifilis dan sembuh bukan berarti kebal dari infeksi ulang. Tindakan pencegahan sangat penting untuk menjaga kesehatan.
Hindari faktor risiko terkait sifilis. Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan, seperti menjaga kesetiaan dalam hubungan seksual dan menggunakan kondom saat berhubungan intim.